ArtikelKhutbah Jumat. Merasakan Manisnya Keimanan. KhotbahJumat.com. Orang yang merasakan manisnya keimanan mengatakan sesuatu yang menunjukkan betapa bahagianya mereka atas nikmat tersebut, 'Seandainya para raja dan para putra mahkota mengetahui apa yang kami rasakan, niscaya mereka akan mencambuk kami dengan pedang-pedang mereka (untuk
TUGASSEKOLAH KHUTBAH JUMATNama : fernanda bayu taryantoKelas : 11 ipa 2Absen : 15
Ramadhanadalah media penempahan iman agar menjadi kokoh, mampu menundukkan syahwat dan nafsu, menuju karekter yang bisa merasakan manisnya ibadah, lezatnya taat dan nikmatnya dekat dengan Sang Pencipta. Puasa jika dilihat dari segi terminologis memang hanya bernuansa fisikal, akan tetapi jika dilihat dari konteks kemanusiaan universal maka ia
Dalampembuatan teks khutbah jum'at sangatlah mudah, dan tentunya harus mengandung ilmiyah islamiyah agar para jamiyah jum'at bisa menmbah iman mereka kepada Allah SWT. Disini kami akan mengulas contoh khutbah jum'at yang berjudul MANISNYA IMAN. إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. Khutbah Pertama اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الغَفُوْرُ الشَكُوْرُ، مُصَرِّفُ الشُهُوْرِ وَمُقَدِّرُ المَقْدُوْرِ، يُوْلِجُ اللَيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُوْلِجُ النَّهَارَ فِي اللَيْلِ، وَهُوَ عَلَيْمٌ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ فَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ التَقْوَى، وَاسْتَمْسِكُوْا مِنَ الإِسْلَامِ بِالعُرْوَةِ الوُثْقَى وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. Beberapa hari silam, kaum muslimin berpisah dengan bulan yang penuh kebaikan dan penuh keberkahan. Mereka berpuasa di siang hari dan melaksanakan shalat di malam hari. Mereka mendekatkan diri kepada Rabb mereka dengan berbagai macam bentuk ibadah. Mereka berharap pahala dari-Nya dan takut akan siksa-Nya. Saat itulah manisnya iman begitu terasa. Mereka berbicara tentang keindahan Ramadhan, beribadah dengan giat namun tidak merasakan letih dan capek. Yang lain membicarakan alangkah indahnya hari raya Idul Fitri, berjumpa dengan sanak saudara, orang-orang dekat, dan sahabat-sahabat. Inilah kelezatan dari suatu ketaatan yang dirasakan oleh orang-orang yang merasakan manisnya keimanan di dalam hatinya. Inilah keadaan umat Islam di saat Ramadhan dan pada hari raya Idul Fitri. Kaum muslimin rahimakumullah, Kita selalu berusaha untuk merasakan kebahagiaan tersebut, dari situ pula kita mengetahui begitulah keadaan orang-orang yang beriman sepanjang hidup mereka. Mereka merasakan kelapangan, ketenangan, kesenangan, dan kebahagiaan. Demikianlah kehidupan yang baik yang Allah janjikan dalam firman-Nya, مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” QS. An-Nahl 97. Kehidupan yang baik yang meliputi segala sisi kehidupan dan seluruh fase kehidupan 1 fase kehidupan dunia, 2 fase kehidupan di alam barzakh, dan 3 fase kehidupan abadi di akhirat. Di akhirat, Allah akan membahagiakan seseorang yang baik amalannya ketika di dunia. Allah Ta’ala berfirman, لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الآخِرَةِ خَيْرٌ “…Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat pembalasan yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik..” QS. An-Nahl 30. Adapun keadaan orang-orang yang menyelisih peritah Allah dan apa yang Dia turunkan kepada Rasul-Nya, menentangnya, dan mengambil petunjuk dari selainnya, maka tidak ada ketenangan bagi mereka, tidak ada pula dada yang lapang. Bagi mereka adalah perasaan yang sempit menghimpit karena kesesatan yang mereka lakukan. Walaupun secara kasat mata mereka terlihat bahagia. Mereka bisa makan apa yang mereka inginkan, mengenakan pakaian apapun yang mereka suka, tinggal dimanapun yang mereka inginkan, namun di balik itu terdapat perasaan galau dan keragu-raguan. Dan mereka senantiasa dalam keraguan dan kesempitan dada baik di dunia, di alam barzakh, dan di akhirat kelak. Allah Ta’ala berfirman, وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. QS. Thaha 124. Orang-orang yang berbuat baik akan berbahagia di dunia dan akhirat, sedangkan orang-orang yang berbuat dosa berada di neraka dunia dan neraka akhirat. Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Seorang yang ikhlas kepada Allah akan merasakan kelezatan dalam beribadah kepada-Nya. Hal itulah yang akan menghalanginya untuk beribadah kepada selain-Nya. Di antara tanda seseorang yang merasakan manisnya cinta kepada Allah, ia akan terhalangi lebih mencintai sesuatu selain-Nya. Karena tidak ada sesuatu bagi hati yang lebih manis, lebih lezat, lebih baik, lebih memikat, dan lebih nikmat daripada manisnya keimanan yang mengandung ubudiyah kepada Allah, mencintai-Nya, dan mengikhlaskan agama hanya kepada-Nya. Oleh karena itu, hati yang terikat kepada Allah akan membuatnya segera menuju Allah, takut, cinta, dan berharap keada-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ “Yaitu orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan olehnya dan dia datang dengan hati yang bertaubat.” QS. Qaf 33. Kitab al-Ubudiyah. Beliau juga mengatakan, إِنَّ فِي الدُنْيَا جَنَّةً مَنْ لَمْ يَدْخُلْهَا لَمْ يَدْخُلْ جَنَّةَ الآخِرَةِ “Sesungguhnya di dunia itu ada sebuah surga, barangsiapa yang belum memasukinya, maka ia tidak akan memasuki surga di akhirat.” Madarijus Salikin Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Kelezatan iman tidak bisa ditangkap dengan indra dan tidak dapat direbut oleh seorang pun. Orang yang merasakan manisnya keimanan mengatakan sesuatu yang menunjukkan betapa bahagianya mereka atas nikmat tersebut, Seandainya para raja dan para putra mahkota mengetahui apa yang kami rasakan, niscaya mereka akan mencambuk kami dengan pedang-pedang mereka untuk merebut kenikmatan itu”. وَقَالَ بَعْضُ العَارِفِيْنَ مَسَاكِيْنُ أَهْلِ الدُنْيَا، خَرَجُوْا مِنْهَا وَمَا ذَاقُوْا أَطْيَبُ مَا فِيْهَا. قِيْلَ وَمَا أَطْيَبُ مَا فِيْهَا؟ قَالَ مَحَبَّةُ اللهِ تَعَالَى وَمَعْرِفَتُهُ وَذِكْرُهُ .الوابل الصيب. Orang-orang yang berpengatahuan mengatakan, “Kasihan sekali para pencinta dunia, mereka meninggalkan dunia wafat, tetapi tidak merasakan sesuatu yang paling baik yang ada di dunia”. Ditanyakan kepadanya, “Apa itu sesuatu yang paling baik di dunia?” Ia menjawab, “Mencinta Allah Ta’ala, mengenal-Nya, dan berdzikir mengingat-Nya.” al-Wabil ash-Shayyib. اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الكُفْرَ وَالفُسُوْقَ وَالعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ. Khutbah Kedua اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا مَزِيْدًا.. أَمَّا بَعْدُ Sesungguhnya iman itu memiliki rasa kenikmatan dan rasa manis dan tidak adakan merasakannya kecuali orang yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagai Nabi dan Rasulnya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِىَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً Akan merasakan nikmatnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, sebagai rasulnya.” HR. Muslim, Turmudzi dan yang lainnya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ “Tiga hal, siapa yang memilikinya maka dia akan merasakan lezatnya iman Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari pada selainnya, dia mencintai seseorang hanya karena Allah, dan dia sangat benci untuk kembali kepada kekufuran, sebagaimana dia benci untuk dilempar ke neraka.” HR. Bukhari, Muslim dan yang lainnya. Ibadallah, Bersungguh-sungguhlah dalam menaati Allah dan Rasul-Nya. Bersegeralah beramal shaleh. Kedepankan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi cinta kepada diri sendiri, anak-anak, harta, dan manusia lainnya. Waspadailah kekufuran, kebid’ahan, dan kemaksiatan. Barangsiapa yang bersungguh-sungguh melawan hawa nafsunya pada yang demikian, Allah akan memberinya taufik kepada jalan yang akan menyampaikannya kepada Allah Azza wa Jala. Allah Ta’ala berfirman, وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ “Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” QS. Al-Ankabut 69. Barangsiapa yang mengerjakan amalan shaleh pada bulan Ramadhan, hendaklah ia meneruskan amalan tersebut. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, يَا أَيُّهَا النَّاسُ عَلَيْكُمْ مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّ “Wahai manusia! Kerjakanlah amalan yang kalian mampu untuk menjalankannya dengan terus-menerus, karena Allah tidak akan pernah merasa bosan, walaupun kalian telah dihinggapi rasa bosan untuk beribadah. Dan sesungguhnya amalan yang paling Allah cintai ialah amalan yang diamalkan dengan kontinyu walaupun hanya sedikit.” Muttafaqun alaih. قال النووي -رحمه الله- “قَلِيْلُ العَمَلِ الدَّائِمِ خَيْرٌ مِنْ كَثِيْرٍ مُنْقَطِعٍ، وَإِنَّمَا كَانَ القَلِيْلُ الدَائِمُ خَيْرًا مِنَ الكَثِيْرِ المُنْقَطِعِ لِأَنَّ بِدَوَامِ القَلِيْلِ تَدُوْمُ الطَاعَةُ وَالذِّكْرُ وَالمُرَاقَبَةُ وَالنِّيَةُ وَالإِخْلَاصُ وَالإِقْبَالُ عَلَى الخَالِقِ، وَيُثْمِرُ القَلِيْلُ الدَائِمُ بِحَيْثُ يَزِيْدُ عَلَى الكَثِيْرِ المُنْقَطِعِ أَضْعَافًا كَثِيْرَةً”. Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Amalan sedikit tapi kontinyu, lebih baik daripada amalan banyak/besar tapi terputus. Yang sedikit tapi terus-menerus lebih baik daripada besar tapi terputus karena dengan kotinuitas yang sedikit itu menjadikan kita senantiasa dalam ketaatan, dzikir, mendekatkan diri kepada Allah, niat, ikhlas, dan merealisasikan perintah sang pencipta. Amalan sedikit tapi kontinyu memiliki dampak yang berlipat-lipa lebih banyak dibandingkan dengan amalan besar tapi terputus.” قَالَ أَبُوْ سُلَيْمَانَ الدَّارِنِي لَيْسَ العَجَبُ مِمَّنْ لَمْ يَجِدْ لَذَّةَ الطَّاعَةِ إَنَّمَا العَجَبُ مِمَّنْ وَجَدَ لَذَّتَهَا ثُمَّ تَرَكَهَا كَيْفَ صَبَرَ عَنْهَا . حلية الأولياء 9/262. Abu Sulaiman ad-Darini mengatakan, “Bukanlah sesuatu yang mengherankan orang yang belum mendapatkan kelezatan ketaatan. Yang mengherankan adalah mereka yang sudah mendapatkannya lalu meninggalkannya, bagaimana mereka bisa bersabar atas hal itu?” Hilyatul Auliya, 9 262. عباد الله إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَلَى الأَرْبَعَةِ الخُلَفَاءِ الأَئِمَّةِ الحُنَفَاءِ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِعَفْوِكَ وَرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ،. اَللَّهُمَّ وَآمِنَّا فِي دَوْرِنَا وَأَوْطَانِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَصْلِحْ بِطَانَتَهُ يَارَبَّ العَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَخُذْ بِنَوَاصِيْنَا لِلْبِرِّ وَالتَّقْوَى رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، ﴿إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ 90 وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنْقُضُوا الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ﴾ [النحل 90-91]، واذكروا الله العظيم الجليل يذكركم، واشكروه على نِعَمِهِ يزِدْكم، ﴿وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ﴾ [العنكبوت 45] Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Fayiz Harbi Oleh tim Artikel
Khutbah Jumat Singkat Tentang Manisnya Iman ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 18 Rabbi’ul Awwal 1441 H 15 November 2019 M. Khutbah Pertama – Khutbah Jumat Singkat Tentang Manisnya Iman إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ Ummatal Islam, Sesungguhnya iman itu memiliki rasa, yaitu rasa manis di dada. Akan tetapi tidak setiap manusia/tidak setiap orang yang menyatakan dirinya beriman, dia merasakan manisnya iman. Karena orang yang merasakan manisnya iman, Allah akan berikan kelezatan didalam ibadah dan ketaatannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ “Ada tiga perangai, siapa yang tiga perangai ini ada pada seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman.” Yang pertama مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا “Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada selain keduanya.” وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ “Dan ia mencintai orang lain, ia cintai karena Allah.” وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ “Dan ia tidak mau kembali kepada kekafiran, tidak mau kembali kepada dunia yang gelap, sebagaimana ia tidak mau untuk dilemparkan ke dalam api.” HR. Muslim Inilah, saudaraku.. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa siapapun orang yang memiliki tiga perangai ini, dia akan mendapatkan manisnya iman di dadanya, kelezatan dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang pertama yaitu, Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada dirinya sendiri, lebih ia cintai daripada anak-anaknya, lebih ai cintai daripada hartanya, lebih ia cintai dari segala-galanya. Karena sesungguhnya ia sadar bahwasanya ia adalah milik Allah dan bahwasanya Allah yang telah memberikan berbagai macam kenikmatan. Dan kenikmatan yang paling besar adalah nikmat hidayah. Maka ia pun mencintai Allah atas karunia yang Allah berikan kepadanya, ia cintai Allah karena sifat-sifat Allah yang luar biasa sangat sempurna, sehingga ia pun tunduk dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Cinta itulah yang akan memberikan kepada dia kekuatan untuk menaati Allah. Karena orang yang mencintai sesuatu, ia akan semangat untuk meraih sesuatu tersebut. Orang yang mencintai harta, ia akan semangat meraih harta. Orang mencintai kedudukan ia akan semangat untuk meraih kedudukan. Maka orang yang mencintai Allah dan RasulNya, ia semangat kepada ketaatan kepada Allah dan RasulNya dan tidak semangat kepada kemaksiatan. Maka kita lihat diri kita, tentang ucapan kita bahwasanya kita mengaku bahwa kita mencintai Allah dan RasulNya. Apakah sudah jujur ucapan kita dimana kita menyatakan cinta kita kepada Allah? Bagaimana semangat kita kepada ketaatan? Kalaulah kita mencintai Allah, mencintai RasulNya, kita akan semangat kepada ketaatan-ketaatan. Kita semangat kepada shalat, kita semangat untuk melaksanakan perintah Allah berupa puasa Ramadhan, kita semangat untuk menjalankan sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Bahkan ia cintai semua perintah Allah dan RasulNya itu melebihi segala-galanya. Ummatal Islam, Cinta bukan hanya sebatas di mulut. Akan tetapi cinta itu hakikatnya adalah ittiba dengan cara mengikuti Allah dan RasulNya. Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31 قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّـهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّـهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ “Katakan, jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku yaitu Rasulullah, niscaya Allah akan ampuni kalian dan cintai kalian.” QS. Ali Imran[3] 31 Ini disebut -kata Ibnu Katsir- sebagai ayat ujian bagi setiap orang yang mengaku bahwa dirinya beriman kepada Allah dan mencintai Allah. Allah mengatakan, “Jika kalian mencintai Allah, hendaklah kalian mengikuti Rasulullah.” Karena orang yang menyatakan bahwasanya dia cinta kepada Allah, maka realisasinya adalah dengan mengikuti Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Bukan dengan cara kita berbuat bid’ah dengan mengada-ngada ibadah yang tidak pernah disyariatkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Akan tetapi dengan cara ittiba’, mengikuti sunnah Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam. Setiap ibadah yang telah jelas ada perintahnya dari Rasulullah ia jalankan. Tapi kalau tidak ada perintahnya, ia tidak lakukan. Karena ia tahu bahwasanya ibadah itu hak Allah, bukan hak dirinya. Hak Allah! Allah ingin diibadahi sesuai dengan apa yang Allah cintai dan ridhai. Bukan sesuai dengan selera-selera kita. Maka ia tidak berani mengamalkan suatu ibadah yang tidak jelas dalilnya. Karena sesungguhnya itulah yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasul kita yang mulia Alaihish Shalatu was Salam bersabda مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ “Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada diatasnya perintah kami, maka amalan tersebut tertolak.” HR. Muslim Dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ “Siapa yang membuat-buat, mengada-ngada sesuatu yang bukan berasal dari urusan kami yaitu agama kami ini, maka ia akan tertolak.” kata Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Maka saudaraku, Mencintai Allah dan RasulNya dengan cara kita berusaha semangat menjalankan perintah Allah, menjalankan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم Khutbah kedua – Khutbah Jumat Singkat Tentang Manisnya Iman الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ Ummatal Islam, Kemudian perangai yang kedua وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ “Ia mencintai seseorang karena Allah.” Bukan karena kepentingan-kepentingan dunia, bukan karena ikatan-ikatan yang sifatnya dunia. Sebagian orang mencintai karena ikatan partai atau karena ikatan lembaga atau karena ikatan yayasan atau karena ikatan organisasi, semua itu -wallah- bukan cinta karena Allah. Seseorang mencintai karena hartanya, mencintainya karena kedudukannya, itu semuanya bukan cinta karena Allah. Siapa yang cintanya bukan karena Allah, kelak dihari kiamat akan bermusuhan dengannya. Allah berfirman الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ ﴿٦٧﴾ “Orang-orang yang berkasih sayang karena dunia, pada hari kiamat akan menjadi musuh satu sama lainnya, kecuali orang-orang yang bertaqwa.” QS. Az-Zukhruf[43] 67 Orang-orang yang bertaqwa, yang cinta mereka karena Allah, karena ketaatan, karena ketaqwaan, karena ketundukannya kepada Allah dan RasulNya, semakin dia melihat seseorang yang sangat taat kepada Allah, semakin dia mencintainya. Perangai yang ketiga, saudaraku sekalian.. وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ “Ia tidak mau kembali lagi kepada kekafiran.” Ia tidak mau kembali kepada dunianya yang gelap terdahulu, sebagaimana ia tidak mau dilemparkan ke dalam api. Karena ia sudah merasakan nikmatnya hidayah, dia sudah merasakan nikmatnya hijrah, dia sudah merasakannya nikmatnya ketaatan. Maka tidak akan pernah ia menjual lagi nikmat hidayah tersebut walaupun dengan uang ataupun harta sepenuh bumi. Ummat Islam, Inilah tiga perangai, siapa yang tiga perangai ini ada pada diri seseorang -kata Rasulullah- maka ia akan merasakan manisnya iman. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات اللهم تقبل أعمالنا يا رب العالمين، اللهم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم، اللهم اصلح ولاة أمورنا يا رب العالمين، واجعلنا من التوابين واجعلنا من المتطهرين رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عباد الله إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر. Download mp3 Khutbah Jumat Singkat Tentang Manisnya Iman Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Jangan lupa untuk ikut membagikan link download khutbah Jum’at ini, kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.
Materi khutbah Jumat ini menjelaskan tentang 5 ciri orang-orang yang beriman dalam Al-Qur’an yakni surat Al-Anfal ayat 2-3. Ciri-ciri ini bisa dijadikan introspeksi bagi kita apakah kita memiliki ciri-ciri tersebut dan layak masuk ke dalam golongan orang-orang beriman atau kita tidak memilikinya sama sekali. Keimanan menjadi hal yang sangat penting dalam keberkahan dan keselamatan hidup di dunia dan akhirat Khutbah Jumat ini berjudul “Khutbah Jumat 5 Ciri Orang Beriman dalam Al-Qur’an.” Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan desktop. Semoga bermanfaat! Redaksi الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَى قُلُوْبِ اْلمُسْلِمِيْنَ المُؤْمِنِيْنَ وَجَعَلَ الضِّياَقَ عَلَى قُلُوْبِ الْمُنَافِقِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ اْلحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْنِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلمِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ المَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ أَيُّهاَ اْلحَاضِرُوْنَ اْلمُسْلِمُوْنَ حَفِظَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ. الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۗ Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Pada momentum mulia ini mari kita senantiasa meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah swt. Ketakwaan ini kita wujudkan dengan senantiasa menjalankan segala perintah Allah swt dan sekuat tenaga serta jiwa untuk menghindari apapun yang dilarang oleh-Nya. Sementara keimanan kepada Allah kita wujudkan dengan percaya dan yakin bahwa Allah selalu mengawasi segala tingkah laku dan aktivitas kita, baik itu lahir maupun batin. Allah maha mengetahui segalanya dan semua yang terjadi dalam kehidupan kita merupakan takdir baik dan buruk Allah yang harus kita yakini adanya. Terkait dengan iman ini, sudah ditegaskan dalam hadits Nabi riwayat Imam Muslim yang menyebutkan rukun Iman. Rasulullah bersabda قَالَ فَأَخْبِرِنِي عَنِ الإِيْمَانِ! قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلاِئِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَومِ الآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ Artinya “Jibril berkata kabarkanlah kepadaku tentang iman? Rasulullah saw bersabda iman itu adalah kamu percaya kepada Allah swt, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan kamu percaya pada takdir yang baik dan yang buruk Muslim. Pertanyaannya, sudahkah kita menjadi pribadi-pribadi yang beriman? Apakah orang beriman adalah mereka yang cukup hafal dan mampu menyebutkan rukun iman?. Tentu pertanyaan ini sulit untuk dijawab. Karena yang tahu kadar keimanan seseorang hanyalah Allah swt. Namun terkait dengan hal ini, Allah swt telah memberikan ciri-ciri apakah kita masuk dalam golongan orang-orang beriman atau tidak. Ada 5 ciri orang beriman yang disebutkan dalam firman Allah surat Al-Anfal ayat 2 dan 3. Ciri ini bisa menjadi barometer atau tolok ukur sekaligus renungan bagi kita semua untuk menilai kadar keimanan kita masing-masing. Allah berfirman اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ. الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۗ Artinya “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang jika disebut nama Allah, gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah kuat imannya dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakal, yaitu orang-orang yang melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” Dalam ayat ini disebutkan bahwa ciri-ciri orang beriman adalah pertama, apabila disebutkan nama Allah, maka bergetarlah hatinya. Hal ini karena mereka ingat akan keagungan dan kekuasaan-Nya. Orang beriman akan merasa takut apabila mereka tidak memenuhi tugas kewajiban sebagai hamba Allah, dan merasa berdosa apabila melanggar larangan-larangan-Nya. Bergetarnya hati sebagai perumpamaan dari perasaan takut ini adalah sikap mental yang bersifat abstrak, yang hanya dapat dirasakan oleh yang bersangkutan dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Sedang orang lain dapat mengetahui dengan memperhatikan tanda-tanda lahiriah dari orang yang merasakannya, yang terlukis dalam perkataan atau gerak-gerik perbuatannya. Selanjutnya, ciri orang beriman yang kedua adalah apabila dibacakan ayat-ayat atau tanda-tanda kekuasaan Allah, maka akan bertambah iman mereka. Bertambahnya iman mereka akan semakin menyadarkan bahwa dirinya adalah orang yang lemah di sisi Allah dan Allahlah Zat yang paling besar dan kuat serta maha kuasa. Dengan dibacakan dan melihat ayat-ayat Allah, orang-orang beriman akan semakin bertambah semangat dalam beribadah. Ayat-ayat Allah ini bukanlah hanya ayat qauliyah saja yakni ayat-ayat yang dapat dipelajari dalam Al-Qur'an. Namun ayat-ayat Allah ada juga yang berbentuk ayat kauniyah yakni seperti segala ciptaan Allah di muka bumi dan fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya seperti peristiwa alam, sosial, dan sebagainya. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Ciri orang beriman yang ketiga adalah bertawakal berserah diri hanya kepada Allah Yang Maha Esa. Orang beriman tidak berserah diri kepada selain Allah swt karena sikap tawakal merupakan senjata terakhir seseorang dalam mewujudkan serangkaian amal setelah berbagai sarana dan syarat-syarat yang diperlukan dipersiapkan. Orang beriman yakin bahwa setelah serangkaian usaha dan doa yang telah dilakukan, maka Allah lah yang akan mengabulkan dan mencukupi semuanya وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ Artinya “Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluan-nya”. QS Ath-Thlaaq 3 Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Selanjutnya ciri yang keempat adalah selalu mendirikan shalat lima waktu dengan sempurna baik itu syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, serta tepat pada waktunya dengan khusyu’ semata karena Allah. Hal ini bisa dipahami bahwa seseorang yang tidak rajin dalam melaksanakan shalat lima waktu, maka keimanannya pun sangat patut dipertanyakan. Mari tanyakan pada diri kita, sudahkah kita shalat lima waktu lengkap setiap hari? Ataukah kita shalat sesempatnya saja?. Atau apakah malah kita sama sekali tidak melaksanakan shalat yang merupakan salah satu Rukun Islam ini?. Hanya Allah dan hati kita yang bisa menjawabnya. Kemudian ciri orang beriman yang kelima adalah menginfakkan sebagian dari harta yang diberikan kepadanya. Yang dimaksud dalam hal ini adalah mengeluarkan titipan Allah berupa harta dalam bentuk mengeluarkan zakat, infak, sedekah, memberi nafkah kepada keluarga dekat ataupun jauh, atau membantu kegiatan sosial dan kepentingan agama, serta kemaslahatan umat. Orang beriman tidak akan khawatir jika bersedekah akan mengurangi hartanya. Namun sebaliknya, bersedekah akan mendatangkan kebahagiaan dan tidak akan mengurangi rezeki dari Allah swt. Rasulullah saw pun telah bersabda yang diriwayatkan HR Muslim مَا نَقَصَ مَالُ مِنْ صَدَقَةٍ Artinya “Harta tidak berkurang karena bersedekah.” Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Jika lima ciri ini sudah tertanam dalam setiap diri seseorang, maka ditegaskan oleh Allah dalam ayat selanjutnya yakni surat Al Anfal di ayat 4 اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّاۗ لَهُمْ دَرَجٰتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌۚ Artinya “Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Bagi mereka derajat tinggi di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki yang mulia.” Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Demikianlah khutbah singkat pada kesempatan kali ini, semoga kita bisa menjadikan ciri-ciri orang beriman yang disebutkan dalam Surat Al-Anfal ini sebagai panduan dan motivasi kita untuk senantiasa meningkatkan keimanan kita kepada Allah swt. Semoga Allah swt selalu melindungi dan menjaga kita sehingga kita bisa tetap dalam iman dan Islam kita. Amin بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْاٰنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah II اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ أََصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِهِمْ إِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْأَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung.
Khutbah Jumat Singkat Tentang Manisnya Iman يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٢ مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٩٧ Dari Abbas bin Abdil Muttholib bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya "Telah merasakan manisnya iman, siapa yang ridho Allah sebagai Robnya, dan Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai nabi dan rasul" HR Muslim Sesungguhnya barang siapa yang ridho Allah sebagai Robnya maka ia akan mencintaiNya dan bertawakkal kepadaNya serta memohon pertolongan kepadaNya. Ia merasa cukup denganNya, ia tidak akan meminta kepada selainNya, karena seluruh selainNya adalah lemah dan tidak mampu. Barangsiapa yang tidak merasa cukup dengan Allah maka tidak sesuatupun yang akan mencukupkannya, dan barangsiapa yang merasa cukup dengan Allah maka ia tidak akan butuh kepada apapun, dan barangsiapa yang merasa mulia dengan Allah maka ia tidak akan hina kepada sesuatupun. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Az Zumar36 أَلَيۡسَ ٱللَّهُ بِكَافٍ عَبۡدَهُۥۖ Bukankah Allah cukup untuk hamba-hamba-Nya. QS Az-Zumar 36 Barangsiapa yang ridho Muhammad sebagai Rasul maka ia akan mencukupkan Muhammad sebagai tauladannya dan pemimpinnya, serta pemberi arahan baginya, dan ia akan semangat untuk mempelajari sejarahnya dan menjalankan sunnahnya. Barangsiapa yang ridho Islam sebagai agama maka ia akan merasa cukup dengan Islam, ia akan menjalankan kewajiban-kewajiban dalam Islam, menjauhi yang dilarang, dan meyakini bahwa semua yang ada dalam ajaran islam adalah benar, adil, dan petunjuk. Iman memiliki rasa manis yang tidak bisa dirasakan kecuali bagi orang yang beriman. Sebagaimana menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari, manisnya madu hanya akan dirasakan oleh orang yang sehat, sedangkan orang yang sakit kuning tidak mampu merasakan manisnya. Demikian pula manisnya iman. Ia hanya didapatkan oleh orang-orang yang imannya "sehat". Diantaranya adalah yang memenuhi kriteria yang disebutkan dalam penggalan hadits dari anas bin malik radhiallahu 'anhu Dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Tiga perkara yang jika terdapat pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman, 1 Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari pada selainnya, 2 Ia mencintai seseorang dan ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan 3 Ia benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dilemparkan ke neraka" HR Al-Bukhari dan Muslim Manisnya iman harganya mahal, dan memberi pengaruh yang diberkahi. Harga manisnya iman adalah " Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari pada selainnya ". Yaitu Allah dalam bacaan qur'annya dan Nabi dalam sunnahnya lebih dicintai oleh seorang mukmin daripada selain keduanya. Tatkala bertentangan antara kemaslahatanmu dengan syari'at maka engkau mendahulukan kepentingan syari'at dan keridhoan Allah, engkau memilih ketaatan kepada Allah dan RasulNya daripada mengikuti hawa nafsu dan yang lainnya. Cinta kepada Rasulullah maksudnya adalah seorang muslim tidaklah menerima sesuatupun baik perintah maupun larangan kecuali dari ajaran Nabi shallallahu 'alahi wasallam, ia tidak menempuh kecuali jalan Nabi hingga ia tidak menerima sedikitpun keberatan terhadap keputusan Nabi, serta ia berhias dengan akhlak Nabi dalam hal kedermawanan, mendahulukan orang lain, kesabaran, tawdhu, dan yang lainnya. Dan diantara harga manisnya Iman "Ia mencintai seseorang dan tidaklah ia mencintainya melainkan karena Allah", ini maksudnya adalah seorang mukmin menjalin hubungannya diatas pondasi keimanan. Ia mencintai kaum mukminin meskipun mereka adalah orang-orang yang lemah dan fakir, dan ia membenci para pelaku kemaksiatan dan kaum musyrikin meskipun mereka adalah orang-orang yang kuat dan kaya. Hakikat dari mencintai karena Allah adalah kecintaannya tidak bertambah karena kebaikan orang lain dan tidak berkurang karena sikap kaku orang lain. Dan makna persaudaraan dalam Islam yang tidak akan murni dan kokoh kecuali jika persaudaraan tersebut karena Allah dan dalam keridhoan Allah. Persaudaraan Islam yang benar tidak akan merasakan manisnya iman kecuali jika melazimi ketakwaan. Allah berfirman إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ١٠ Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat QS Al-Hujuroot 10 Allah juga berfirman ٱلۡأَخِلَّآءُ يَوۡمَئِذِۢ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ إِلَّا ٱلۡمُتَّقِينَ ٦٧ Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. QS Az-Zukhruf 67 "Dan ia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke neraka", disana ada orang yang beribadah kepada Allah dengan berada di tepi, Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam Keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang, rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. Jika datang dunia maka iapun beriman, akan tetapi jika dunia pergi darinya maka iapun berlepas diri dari keimanan dan kembali kepada kondisinya semula. Seorang mukmin yang benar, tidaklah terpengaruh dengan datang dan perginya dunia, hatinya kokoh, ia selalu dermawan dalam kondisi susah dan senang, dan kondisi miskin dan kaya, sehat dan sakit. Orang-orang yang merasakan kelezatan iman mereka menyebutkan tentang kelezatan tersebut. Salah seorang dari mereka berkata, "Sungguh ada waktu-waktu kebahagiaan yang lewat di hati, aku katakan jika seandainya penghuni surga dalam kondisi seperti ini, maka sungguh mereka dalam kenikmatan". Yang lain berkata, "Sesungguhnya di dunia ada surga, barangsiapa yang tidak masuk ke dalamnya maka ia tidak akan masuk ke dalam surga akhirat". Yang ketiga berkata, "Sesungguhnya keimanan memiliki kegembiraan dan kelezatan di hati, barangsiapa yang tidak merasakannya maka ia telah kehilangan imannya atau kurang imannya. Diantara mereka yang merasakan manisnya iman adalah Khubaib bin 'Adiy radhiallahu 'anhu –yang tertawan oleh kaum musyrikin-. Dikatakan kepadanya, "Apakah kau suka jika Muhammad menggantikan posisimu dan engkau dalam kondisi selamat bersama keluargamu". Tatkala itu ia hampir dibunuh dengan disalib. Maka beliau berkata, "Demi Allah, aku tidak suka jika aku bersama istri dan anak-anakku, dan aku memiliki dunia dan kenikmatannya sementara Rasulullah tertusuk duri!" Wanita yang merasakan manisnya iman, tatkala sampai kepadanya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah terbunuh dalam perang Uhud. Maka wanita inipun pergi ke medan pertempuran, ternyata ayahnya terbunuh, saudara lelakinya terbunuh, putranya terbunuh, dan suaminya terbunuh. Wanita inipun berkata, "Apa yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?". Tatkala matanya memandang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam masih hidup maka iapun merasa tenang dan ia berkata, "Wahai Rasulullah, seluruh musibah menjadi ringan selama engkau selamat". Orang yang merasakan manisnya iman jika engkau mencincang tubuhnya maka ia tidak akan bergeser dari agamanya. Kaum musyrikin meletakan batu di atas dada Bilal agar ia kafir, maka Bilal berkata, "Ahad, Ahad” seraya mengesakan Alloh swt. Jika seorang muslim telah merasakan manisnya iman maka ia akan menjadi manusia yang lain, ada rasa yang lain dalam kehidupannya. Ia membangun manisnya iman dengan suka memberi, ia bahagia dengan pemberiannya bukan dengan menerima pemberian, ia memberikan kebaikan bagi orang lain, ia berusaha agar dirinya agung di sisi Allah meskipun di sisi manusia ia adalah orang yang rendah. Diantara ciri-ciri manisnya iman Seorang mukmin meyakini dari relung hatinya yang paling dalam bahwasanya rizki di tangan Allah, apa yang Allah anugerahkan kepada seorang hamba maka tidak ada seorangpun yang bisa mencegahnya, dan bahwasanya seseorang/jiwa tidak akan mati hingga dipenuhi rizqinya dan ajalnya. Dan diantara buah bentuk manisnya iman seorang mukmin terbebaskan dari hawa nafsunya dan godaan jiwanya yang menyeru kepada keburukan dan fitnah harta. Ia terbebaskan dari sikap pelit dan kikir, serta ia berhias dengan muroqobatullah selalu merasa diawasi oleh Allah, berhias dengan ikhlas, kedermawanan dan mendahulukan kepentingan saudaranya. Semoga kita semua bisa meraih manisnya iman dan sesungguhnya Allah berfirman مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٩٧ Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. QS An-Nahl 97 Khutbah Kedua Manisnya iman menjadikan seluruh ibadah menjadi ledzat. Salah seorang dari mereka berkata, "Seluruh kelezatan hanya memiliki satu kelezatan kecuali ibadah, ia memiliki tiga keledzatan. Tatkala engkau sedang beribadah, tatkala engkau mengingat ibadah tersebut, dan tatkala engkau diberi ganjaran atas ibadah tersebut" Dalam sholat ada kelezatan tatkala ditunaikan oleh seorang muslim dengan kekhusyu'an dan kehadiran hati, maka jadilah sholat adalah penyejuk pandangannya dan ketenteraman jiwanya serta surga bagi hatinya dan ketenangannya di dunia. Ia selalu merasa dalam kesempitan hingga ia melaksanakan sholat. Karenanya Imamnya orang-orang yang bertakwa yaitu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata, أَرِحْنَا بِهَا يَا بِلاَلُ "Wahai Bilal, istirahatkanlah kami dengan sholat" Sholat malam di sisi para sahabat, para tabi'in, dan para salaf umat ini memiliki kedudukan yang agung dan kelezatan yang tidak tertandingi. Berkata salah seorang dari mereka, "Demi Allah, kalau bukan karena sholat malam aku tidak ingin hidup menetap di dunia, demi Allah sesungguhnya orang yang sholat malam di malam hari bersama Allah lebih merasa ledzat daripada orang-orang yang berhura-hura dalam kelalaian mereka" Aslaf dan kaum sholeh benar-benar berlezat-lezat dengan berpuasa. Adapun haji, maka kelezatannya mendorong para jama'ah haji untuk menaiki tunggangan dan kuat menempuh perjalanan berat dengan penuh kerinduan untuk ke ka'bah. Dan dzikir kepada Allah ada kelezatan, Allah berfirman أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. QS Ar-Ro'd 28 Membaca Al-Qur'an memiliki kelezatan. Utsman bin 'Affaan radhiallahu 'anhu berkata, "Kalau seandainya hati-hati kalian bersih maka kalian tidak akan pernah merasa cukup dari firman Allah". Allah berfirman وَمَنۡ أَرَادَ ٱلۡأٓخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعۡيَهَا وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَأُوْلَٰٓئِكَ كَانَ سَعۡيُهُم مَّشۡكُورٗا ١٩ Dan Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. QS Al-Isroo' 19 Dan iman jika telah masuk ke dalam relung hati maka hati akan berseri dan akan menimbulkan kelezatan dalam hati, akan menjadikan kehidupan bahagia, dan dada menjadi lapang. Barangsiapa yang merasakan manisnya iman maka ia akan merasakan kelezatan dalam beribadah, ia akan berjuang di atas jalanNya, dan akan berkorban dengan segala sesuatu demi Allah. Allah berfirman قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلۡيَفۡرَحُواْ هُوَ خَيۡرٞ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ ٥٨ Katakanlah "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". QS Yunus 58 Jika manisnya iman telah merasuk dalam relung hati maka akan menjadikan pemiliknya selalu bersama Allah di setiap waktu dan di setiap tempat, dalam gerakannya dan diamnya, siang dan malam, ia selalu bersama Penciptanya dan Penolongnya. Oleh karenanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kita untuk selalu berkata رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا Aku ridho Allah sebagai Rob, Islam sebagai agama, dan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sebagai nabi HR At-Tirmidzi Meninggalkan maksiat karena Allah akan membuahkan rasa manis dalam hati, orang yang meninggalkan maksiat karena takut dan malu kepada Allah maka ia akan merasakan manisnya Iman. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda النظرة سهم من سهام إبليس مسمومة فمن تركها من خوف الله أثابه جل وعز إيمانا يجد حلاوته في قلبه "Pandangan haram adalah anak panah beracunnya Iblis, barang siapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah maka Allah Azza wa Jalla akan memberinya ganjaran keimanan, yang ia rasakan manisnya iman tersebut di hatinya" sanadnya shahih
khutbah jumat manisnya iman